Dinasti Aghlabiyah adalah salah satu Dinasti Islam di Afrika Utara yang berkuasa
selama kurang lebih l00 tahun (800-909 M). Wilayah kekuasaannya meliputi Ifriqiyah,
Algeria dan Sisilia. Dinasti ini didirikan oleh Ibnu Aghlab (Mufradi, 1997:116). Para
penguasa Dinasti Aghlabiyah yang pernah memerintah adalah sebagai berikut :
1. Ibrahim I ibn al-Aghlab (800-812 M)
2. Abdullah I (8l2-817 M)
3. Ziyadatullah (817-838 M)
4. Abu ‘Iqal al-Aghlab (838-841 M)
5. Muhammad I(841-856 M)
6. Ahmad (856-863 M)
7. Ziyadatullah (863- M)
8. Abu Ghasaniq Muhammad II (863-875 M)
9. Ibrahim II (875-902 M)
10. Abdullah II (902-903 M)
11. Ziyadatullah III (903-909 M)
Aghlabiyah memang merupakan Dinasti kecil pada masa Abbasiyah, yang para
penguasanya adalah berasal dari keluarga Bani al-Aghlab, sehingga Dinasti tersebut
dinamakan Aghlabiyah. Awal mula terbentuknya Dinasti tersebut yaitu ketika Baghdad di
bawah pemerintahan Harun ar-Rasyid. Di bagian Barat Afrika Utara, terdapat dua bahaya
besar yang mengancam kewibawaannya. Pertama dari Dinasti Idris yang beraliran Syi’ah
dan yang kedua dari golongan Khawarij.
Dengan adanya dua ancaman tersebut terdoronglah Harun ar-Rasyid untuk
menempatkan balatentaranya di Ifrikiah di bawah pimpinan Ibrahim bin Al-Aghlab. Setelah
berhasil mengamankan wilayah tersebut, Ibrahim bin al-Aghlab mengusulkan kepada
Harun ar-Rasyid supaya wilayah tersebut dihadiahkan kepadanya dan anak keturunannya
secara permanen. Karena jika hal itu terjadi, maka ia tidak hanya mengamankan dan
memerintah wilayah tersebut, akan tetapi juga mengirim upeti ke Baghdad setiap tahunnya
sebesar 40.000 dinar. Harun ar-Rasyid menyetujui usulannya, sehingga berdirilah Dinasti
kecil (Aghlabiyah) yang berpusat di Ifrikiah yang mempunyai hak otonomi penuh. Meskipun
demikian masih tetap mengakui akan kekhalifahan Baghdad (Hoeve,1994: 65).
Pendiri Dinasti ini adalah Ibrahim ibn al-Aghlab pada tahun 800 M. Pada tahun itu
Ibrahim diberi provinsi Ifriqiyah (Tunisia Modern) oleh Harun al-Rasyid sebagai imbalan
atas pajak tahunan yang besarnya 40.000 dinar dan meliputi hak-hak otonom yang besar
(Bosworth,1980:.46). Untuk menaklukkan wilayah baru dibutuhkan suatu proses yang
panjang dan perjuangan yang besar, namun tidak seperti Ifriqiyyah yang sifatnya adalah
pemberian.
Dinasti Aglabiyah berkuasa kurang lebih dari satu abad, mulai dari tahun 800-909 M.
Nama Dinasti Aglabiyah ini diambil dari nama ayah Amir yang pertama, yaitu Ibrahim bin
al-Aglab. Ia adalah seorang pejabat Khurasan dalam militer Abbasiyah. Pada tahun 800 M.
Ibrahim I diangkat sebagai Gubernur (Amir) di Tunisia oleh Khalifah Harun ar-Rasyid.
Karena ia sangat pandai menjaga hubungan dengan Khalifah Abbasiyah seperti membayar
pajak tahunan yang besar, maka Ibrahimi I diberi kekuasaan oleh Khalifah, meliputi hakhak
otonomi yang besar seperti kebijaksanaan politik, termasuk menentukan penggantinya
tanpa campur tangan dari penguasa Abbasiyah. Hal ini dikarenakan jarak yang cukup jauh
antara Afrika Utara dengan Bagdad. Sehingga Aglabiyah tidak terusik oleh pemerintahan
Abbasiyah.
Pemerintahan Aghlabiyah pertama berhasil memadamkan gejolak yang muncul dari
Kharijiyah Barbar di wilayah mereka. Kemudian di bawah Ziyadatullah I, Aglabiyah dapat
merebut pulau yang terdekat dari Tunisia, yaitu Sisilia dari tangan Byzantium 827 M,
dipimpin oleh panglima Asad bin Furat, dengan mengerahkan panglima laut yang terdiri
dari 900 tentara berkuda dan 10.000 orang pasukan jalan kaki. Inilah ekspedisi laut
terbesar. Ini juga peperangan akhir yang dipimpin panglima Asad bin Furad karena itu, ia
meninggal dalam pertempuran. Selain untuk memperluas wilayah penaklukan terhadap
Sicilia juga bertujuan untuk berjihad melawan orang-orang kafir. Wilayah tersebut menjadi
pusat penting bagi penyebaran peradaban Islam ke Eropa Kristen.
Aspek yang menarik pada Dinasti Aghlabiyah adalah ekspedisi lautnya yang
menjelajahi pulau-pulau di Laut Tengah dan pantai-pantai Eropa seperti pantai Italia
Selatan, Sardinia, Corsica, dan Alpen. Selain itu juga berhasil menaklukan kota-kota pantai
Itali, Brindisi, Napoli, Calabria, Totonto, Bari, dan Benevento. Dan pada tahun 868 M,
mampu menduduki Malpa. Dengan berhasilnya penaklukan-penaklukan di atas Dinasti
Aghlabiyah menjadi Dinasti yang kaya, sehingga para penguasa Aghlabiyah antusias dalam
bidang pembangunan.
Keberhasilan penguasaan seluruh pulau Sisilia inilah yang membuat Aglabiyah
unggul di Mediterania Tengah. Kemudian Aglabiyah melanjutkan serangan-serangannya ke
pulau lainnya dan pantai-pantai di Eropa, termasuk berhasil menaklukan kota-kota pantai
Italia Brindisi (836/221 H.) Napoli (837M), Calabria (838 M), Toronto (840 M ), Bari (840 M),
dan Benevento (840 M). Karena tidak tahan terhadap serangan berkepanjangan dari
pasukan Aghlabiyah pada Bandar-bandar Itali, termasuk kota Roma, maka Paus Yonanes
VIII (872– 840 M) terpaksa minta perdamaian dan bersedia membayar upeti sebanyak
25.000 uang perak pertahun kepada Aglabiyah.
Pasukan Aglabiyah juga berhasil menguasai kota Regusa di pantai Yugoslavia (890 M),
Pulau Malta (869 M), menyerang pulau Corsika dan Mayorka, bahkan mengusai kota
Portofino di pantai Barat Italia (890), kota Athena di Yunani-pun berada dalam jangkauan
penyerangan mereka.
Dengan keberhasilan penaklukan-penaklukan tersebut, menjadikan Dinasti Aglabiyah
kaya raya, para penguasa bersemangat membagun Tunisia dan Sisilia. Ziyadatullah I
membangun masjid Agung Qairuan, sedangkan Amir Ahmad membangun masjid Agung
Tunis dan juga membangun hampir 10.000 benteng pertahanan di Afrika Utara. Tidak
cukup itu, jalan-jalan, pos-pos, armada angkutan, irigasi untuk pertanian (khususnya di
Tunisia Selatan, yang tanahnya kurang subur), demikian pula perkembangan arsitektur,
ilmu, seni dan kehidupan keberagamaan.
Selain sebagai ibu kota Dinasti Aghlabiyah, Qoiruan juga sebagai pusat penting
munculnya mazhab Maliki, tempat berkumpulnya ulama-ulama terkemuka, seperti Sahnun
yang wafat (854 M) pengarang mudawwanat, kitab fiqih Maliki, Yusuf bin Yahya, yang wafat
(901 M), Abu Zakariah al-Kinani, yang wafat (902 M), dan Isa bin Muslim, wafat (908 M).
Karya-karya para ulama-ulama pada masa Dinasti Aghlabiyah ini tersimpan baik di Masjid
Agung Qairuan.
1. Langkah-langkah Pemimpin Aghlabiyah
a. Penguasa Aghlabiyah pertama berhasil memadamkan gejolak Kharijiyah Berber di
wilayah mereka.
b. Dilanjutkan dengan dimulainya proyek besar merebut Sisilia dari tangan Bizantium
pada tahun 827 M, dibawah Ziadatullah I yang amat cakap dan energik, dengan
meredakan oposisi internal di Ifriqiyyah yang dilakukan Fuqaha’ (pemimpin–pemimpin
religius) Maliki di Qayrawan (Cairovan). Disamping itu, suatu armada bajak laut
dikerahkan, sehingga membuat Aghlabiyah unggul di Mediterania Tengah dan
membuat mereka mampu mengusik pantai Italia Selatan, Sardinia, Corsica, dan
Meriteran Alp. Kemudian Aghlabiah juga berhasil merebut Malta pada tahun 868 M.
Daerah-daerah tersebut yang menjadi wilayah kekuasaan Dinasti Aghlabiyah.Dengan
demikian, pada tahun 878 M sempurnalah penguasaan atas Sisilia, kemudian pulau
itu dibawah pemerintahan Muslim. Pertama di bawah kekuasaan Aghlabiyah dan
kedua di bawah Gubernur-Gubernur Fathimiyah, sampai penaklukan oleh Norman
pada abad XI. Pulau itu menjadi pusat bagi penyebaran kultur Islam ke Eropa KRISTEN.
2. Peninggalan-peninggalan Bersejarah Dinasti Aghlabiah
Aghlabiyah adalah pembangun yang penuh semangat. Diantara bangunan-bangunan
peninggalan Aghlabiah adalah:
a. Pembangunan kembali Masjid Agung Qayrawan oleh ZiyadatullahI
b. Pembangunan Masjid Agung Tunis oleh Ahmad.
c. Pembangunan karya-karya pertanian dan irigasi yang bermanfaat, khususnya di
Ifriqiyah selatan yang kurang subur.
3. Kemunduran Dinasti Aghlabiyah
Menjelang akhir abad IX, posisi Aghlabiah di Ifqriqiyah menjadi merosot. Hal ini
disebabkan karena amir terakhirnya yaitu Ziyadatullah III tenggelam dalam kemewahan
(berfoya-foya), dan seluruh pembesarnya tertarik pada Syi’ah, juga propaganda Syi’iah, Abu
Abdullah. Perintis Fatimiyah, Mahdi Ubaidillah mempunyai pengaruh yang cukup besar di
Barbar, yang akhirnya menimbulkan pemberontakan militer, dan Dinasti Aghlabiyah
dikalahkan oleh Fatimiyah (909 M), Ziyadatullah III di usir ke Mesir setelah melakukan
upaya-upaya yang sia-sia demi untuk mendapatkan bantuan dari Abbasiah untuk
menyelamatkan Aghlabiah (Bosworth,1993:47).
selama kurang lebih l00 tahun (800-909 M). Wilayah kekuasaannya meliputi Ifriqiyah,
Algeria dan Sisilia. Dinasti ini didirikan oleh Ibnu Aghlab (Mufradi, 1997:116). Para
penguasa Dinasti Aghlabiyah yang pernah memerintah adalah sebagai berikut :
1. Ibrahim I ibn al-Aghlab (800-812 M)
2. Abdullah I (8l2-817 M)
3. Ziyadatullah (817-838 M)
4. Abu ‘Iqal al-Aghlab (838-841 M)
5. Muhammad I(841-856 M)
6. Ahmad (856-863 M)
7. Ziyadatullah (863- M)
8. Abu Ghasaniq Muhammad II (863-875 M)
9. Ibrahim II (875-902 M)
10. Abdullah II (902-903 M)
11. Ziyadatullah III (903-909 M)
Aghlabiyah memang merupakan Dinasti kecil pada masa Abbasiyah, yang para
penguasanya adalah berasal dari keluarga Bani al-Aghlab, sehingga Dinasti tersebut
dinamakan Aghlabiyah. Awal mula terbentuknya Dinasti tersebut yaitu ketika Baghdad di
bawah pemerintahan Harun ar-Rasyid. Di bagian Barat Afrika Utara, terdapat dua bahaya
besar yang mengancam kewibawaannya. Pertama dari Dinasti Idris yang beraliran Syi’ah
dan yang kedua dari golongan Khawarij.
Dengan adanya dua ancaman tersebut terdoronglah Harun ar-Rasyid untuk
menempatkan balatentaranya di Ifrikiah di bawah pimpinan Ibrahim bin Al-Aghlab. Setelah
berhasil mengamankan wilayah tersebut, Ibrahim bin al-Aghlab mengusulkan kepada
Harun ar-Rasyid supaya wilayah tersebut dihadiahkan kepadanya dan anak keturunannya
secara permanen. Karena jika hal itu terjadi, maka ia tidak hanya mengamankan dan
memerintah wilayah tersebut, akan tetapi juga mengirim upeti ke Baghdad setiap tahunnya
sebesar 40.000 dinar. Harun ar-Rasyid menyetujui usulannya, sehingga berdirilah Dinasti
kecil (Aghlabiyah) yang berpusat di Ifrikiah yang mempunyai hak otonomi penuh. Meskipun
demikian masih tetap mengakui akan kekhalifahan Baghdad (Hoeve,1994: 65).
Pendiri Dinasti ini adalah Ibrahim ibn al-Aghlab pada tahun 800 M. Pada tahun itu
Ibrahim diberi provinsi Ifriqiyah (Tunisia Modern) oleh Harun al-Rasyid sebagai imbalan
atas pajak tahunan yang besarnya 40.000 dinar dan meliputi hak-hak otonom yang besar
(Bosworth,1980:.46). Untuk menaklukkan wilayah baru dibutuhkan suatu proses yang
panjang dan perjuangan yang besar, namun tidak seperti Ifriqiyyah yang sifatnya adalah
pemberian.
Dinasti Aglabiyah berkuasa kurang lebih dari satu abad, mulai dari tahun 800-909 M.
Nama Dinasti Aglabiyah ini diambil dari nama ayah Amir yang pertama, yaitu Ibrahim bin
al-Aglab. Ia adalah seorang pejabat Khurasan dalam militer Abbasiyah. Pada tahun 800 M.
Ibrahim I diangkat sebagai Gubernur (Amir) di Tunisia oleh Khalifah Harun ar-Rasyid.
Karena ia sangat pandai menjaga hubungan dengan Khalifah Abbasiyah seperti membayar
pajak tahunan yang besar, maka Ibrahimi I diberi kekuasaan oleh Khalifah, meliputi hakhak
otonomi yang besar seperti kebijaksanaan politik, termasuk menentukan penggantinya
tanpa campur tangan dari penguasa Abbasiyah. Hal ini dikarenakan jarak yang cukup jauh
antara Afrika Utara dengan Bagdad. Sehingga Aglabiyah tidak terusik oleh pemerintahan
Abbasiyah.
Pemerintahan Aghlabiyah pertama berhasil memadamkan gejolak yang muncul dari
Kharijiyah Barbar di wilayah mereka. Kemudian di bawah Ziyadatullah I, Aglabiyah dapat
merebut pulau yang terdekat dari Tunisia, yaitu Sisilia dari tangan Byzantium 827 M,
dipimpin oleh panglima Asad bin Furat, dengan mengerahkan panglima laut yang terdiri
dari 900 tentara berkuda dan 10.000 orang pasukan jalan kaki. Inilah ekspedisi laut
terbesar. Ini juga peperangan akhir yang dipimpin panglima Asad bin Furad karena itu, ia
meninggal dalam pertempuran. Selain untuk memperluas wilayah penaklukan terhadap
Sicilia juga bertujuan untuk berjihad melawan orang-orang kafir. Wilayah tersebut menjadi
pusat penting bagi penyebaran peradaban Islam ke Eropa Kristen.
Aspek yang menarik pada Dinasti Aghlabiyah adalah ekspedisi lautnya yang
menjelajahi pulau-pulau di Laut Tengah dan pantai-pantai Eropa seperti pantai Italia
Selatan, Sardinia, Corsica, dan Alpen. Selain itu juga berhasil menaklukan kota-kota pantai
Itali, Brindisi, Napoli, Calabria, Totonto, Bari, dan Benevento. Dan pada tahun 868 M,
mampu menduduki Malpa. Dengan berhasilnya penaklukan-penaklukan di atas Dinasti
Aghlabiyah menjadi Dinasti yang kaya, sehingga para penguasa Aghlabiyah antusias dalam
bidang pembangunan.
Keberhasilan penguasaan seluruh pulau Sisilia inilah yang membuat Aglabiyah
unggul di Mediterania Tengah. Kemudian Aglabiyah melanjutkan serangan-serangannya ke
pulau lainnya dan pantai-pantai di Eropa, termasuk berhasil menaklukan kota-kota pantai
Italia Brindisi (836/221 H.) Napoli (837M), Calabria (838 M), Toronto (840 M ), Bari (840 M),
dan Benevento (840 M). Karena tidak tahan terhadap serangan berkepanjangan dari
pasukan Aghlabiyah pada Bandar-bandar Itali, termasuk kota Roma, maka Paus Yonanes
VIII (872– 840 M) terpaksa minta perdamaian dan bersedia membayar upeti sebanyak
25.000 uang perak pertahun kepada Aglabiyah.
Pasukan Aglabiyah juga berhasil menguasai kota Regusa di pantai Yugoslavia (890 M),
Pulau Malta (869 M), menyerang pulau Corsika dan Mayorka, bahkan mengusai kota
Portofino di pantai Barat Italia (890), kota Athena di Yunani-pun berada dalam jangkauan
penyerangan mereka.
Dengan keberhasilan penaklukan-penaklukan tersebut, menjadikan Dinasti Aglabiyah
kaya raya, para penguasa bersemangat membagun Tunisia dan Sisilia. Ziyadatullah I
membangun masjid Agung Qairuan, sedangkan Amir Ahmad membangun masjid Agung
Tunis dan juga membangun hampir 10.000 benteng pertahanan di Afrika Utara. Tidak
cukup itu, jalan-jalan, pos-pos, armada angkutan, irigasi untuk pertanian (khususnya di
Tunisia Selatan, yang tanahnya kurang subur), demikian pula perkembangan arsitektur,
ilmu, seni dan kehidupan keberagamaan.
Selain sebagai ibu kota Dinasti Aghlabiyah, Qoiruan juga sebagai pusat penting
munculnya mazhab Maliki, tempat berkumpulnya ulama-ulama terkemuka, seperti Sahnun
yang wafat (854 M) pengarang mudawwanat, kitab fiqih Maliki, Yusuf bin Yahya, yang wafat
(901 M), Abu Zakariah al-Kinani, yang wafat (902 M), dan Isa bin Muslim, wafat (908 M).
Karya-karya para ulama-ulama pada masa Dinasti Aghlabiyah ini tersimpan baik di Masjid
Agung Qairuan.
1. Langkah-langkah Pemimpin Aghlabiyah
a. Penguasa Aghlabiyah pertama berhasil memadamkan gejolak Kharijiyah Berber di
wilayah mereka.
b. Dilanjutkan dengan dimulainya proyek besar merebut Sisilia dari tangan Bizantium
pada tahun 827 M, dibawah Ziadatullah I yang amat cakap dan energik, dengan
meredakan oposisi internal di Ifriqiyyah yang dilakukan Fuqaha’ (pemimpin–pemimpin
religius) Maliki di Qayrawan (Cairovan). Disamping itu, suatu armada bajak laut
dikerahkan, sehingga membuat Aghlabiyah unggul di Mediterania Tengah dan
membuat mereka mampu mengusik pantai Italia Selatan, Sardinia, Corsica, dan
Meriteran Alp. Kemudian Aghlabiah juga berhasil merebut Malta pada tahun 868 M.
Daerah-daerah tersebut yang menjadi wilayah kekuasaan Dinasti Aghlabiyah.Dengan
demikian, pada tahun 878 M sempurnalah penguasaan atas Sisilia, kemudian pulau
itu dibawah pemerintahan Muslim. Pertama di bawah kekuasaan Aghlabiyah dan
kedua di bawah Gubernur-Gubernur Fathimiyah, sampai penaklukan oleh Norman
pada abad XI. Pulau itu menjadi pusat bagi penyebaran kultur Islam ke Eropa KRISTEN.
2. Peninggalan-peninggalan Bersejarah Dinasti Aghlabiah
Aghlabiyah adalah pembangun yang penuh semangat. Diantara bangunan-bangunan
peninggalan Aghlabiah adalah:
a. Pembangunan kembali Masjid Agung Qayrawan oleh ZiyadatullahI
b. Pembangunan Masjid Agung Tunis oleh Ahmad.
c. Pembangunan karya-karya pertanian dan irigasi yang bermanfaat, khususnya di
Ifriqiyah selatan yang kurang subur.
3. Kemunduran Dinasti Aghlabiyah
Menjelang akhir abad IX, posisi Aghlabiah di Ifqriqiyah menjadi merosot. Hal ini
disebabkan karena amir terakhirnya yaitu Ziyadatullah III tenggelam dalam kemewahan
(berfoya-foya), dan seluruh pembesarnya tertarik pada Syi’ah, juga propaganda Syi’iah, Abu
Abdullah. Perintis Fatimiyah, Mahdi Ubaidillah mempunyai pengaruh yang cukup besar di
Barbar, yang akhirnya menimbulkan pemberontakan militer, dan Dinasti Aghlabiyah
dikalahkan oleh Fatimiyah (909 M), Ziyadatullah III di usir ke Mesir setelah melakukan
upaya-upaya yang sia-sia demi untuk mendapatkan bantuan dari Abbasiah untuk
menyelamatkan Aghlabiah (Bosworth,1993:47).
trima kasih postingan nya...
BalasHapusjazakumullah khair
BalasHapusSemoga Allah membalas kebaikan dg tulisan ini